Merangin | fokusinfonews.com : Ternyata bukan hanya kepemimpinan Dr H Nalim SH MM yang dirindukan sebagian masyarakat Merangin. Kehadiran istrinya juga diidamkan. Bukan tanpa sebab, sosok Dra Hj Sukma Jaya dinilai cukup cakap dan berwibawa saat mendampingi suaminya menjabat sebagai Bupati Merangin 2008-2014. Tak ayal sikap itu mampu menginspirasi sejumlah masyarakat khususnya para wanita.
‘’Keanggunan Ibu Sukma saat mendampingi Pak Nalim, sangat berasa. Kami perhatikan dulu itu, sebagai Istri Bupati beliau kerap turun dan terlibat langsung dalam kegiatan resmi dan program-program sosial, kesehatan, pendidikan dan lainnya. Selain itu, secara alami kehadiran Ibu Sukma mampu memperkuat hubungan antara pemerintah daerah dengan masyarakat melalui kegiatan kemanusiaan dan khususnya pemberdayaan perempuan,” ungkap Desi warga Waskita Karya Bangko.
Ida, warga kelurahan Pasar Bawah Bangko mengungkapkan kekegumannya pada sosok Sukma Jaya. Menurutnya Sukma Jaya memiliki karisma tersendiri saat turun ke masyarakat. Dengan begitu antusias warga kerap tak terbendung saat kehadiran ibu tiga orang anak itu.
‘’Bagi saya beliau karismatik. Masih terkenang saat jumpa dan komunikasi sama Ibu Sukma yang ramah, supel dan perhatian. Dan yang tidak bisa dilupa, meskipun Ibu Sukma itu latar belakang pendidikannya tinggi tapi saat berkomunikasi dengan kami beliau tidak menunjukkan intelektualnya, mampu beradaptasi dengan lawan bicara sehingga obrolan lebih cair dan mengena pada pokok masalah. Berbeda ketika beliau bicara didepan podium yang sarat akademik dan professional,” cerita Ida.
Kekaguman terhadap Sukma juga diungkapkan Yetni, warga kelurahan Dusun Bangko yang memandang dari sudut religiositas sosok Sukma Jaya saat mengabdi di Merangin sebagai istri Bupati.
‘’Saya yakin bukan saya saja yang merasakan bahwa Ibu Sukma itu seorang yang religius. Mudah saja menilainya, dapat terlihat dari aktivitas beliau selama mendampingi Pak Nalim kala itu. Saya berani bilang, Pak nalim dan Ibu Sukma itu dalam kehidupan dan kepemimpinannya berlantaskan nilai-nilai agama atau spiritualitas Islam. Sehingga cenderung menerapkan prinsip-prinsip moral, etika, dan ajaran agama dalam pengambilan keputusan dan cara memimpin,” tuturnya.
‘’Meski demikian mereka tidak memaksakan keyakinan agamanya kepada orang lain, melainkan menggunakan nilai-nilai tersebut untuk menciptakan lingkungan yang adil, sejahtera, dan harmonis,” pungkas Yetni. (*)
Reporter | Redaktur : TopanBohemian