
Merangin | Fokus Info News – Pelaksanaan Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (sekarang berubah menjadi FLS3N, red) tingkat Kabupaten Merangin tahun 2025 menuai sorotan dari kalangan guru dan peserta. Ajang tahunan yang digelar pada awal Juli 2025 ini dinilai menyisakan berbagai persoalan, mulai dari perubahan sistem lomba hingga dugaan ketidaktransparanan dalam penunjukan dewan juri.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, FLS2N 2025 tingkat SMA di Merangin digelar secara daring dengan alasan yang disebut penghematan anggaran. Kebijakan ini disebut diambil untuk menekan biaya operasional kegiatan. Namun, keputusan ini justru dinilai berdampak terhadap kualitas penyelenggaraan dan semangat peserta.
Persoalan yang paling banyak dikeluhkan adalah tidak dibukanya informasi mengenai identitas juri. Sejumlah guru pembimbing menyampaikan bahwa pihak panitia tidak pernah mengumumkan siapa saja juri yang menilai penampilan peserta, termasuk latar belakang pendidikan dan kompetensi mereka. Bahkan ketika ditanyakan langsung, panitia terkesan bungkam dan enggan memberikan keterangan.
“Kami bukan mempermasalahkan hasil lomba, tapi penting bagi kami untuk tahu siapa yang menilai anak-anak kami. Ini soal transparansi dan akuntabilitas,” ujar salah satu guru pembimbing yang enggan disebutkan namanya.
Kekecewaan juga datang dari para peserta lomba. Mereka merasa kerja keras selama masa persiapan tidak dihargai karena tidak mengetahui siapa pihak yang menilai karya mereka.
“Siswa kami berlatih berbulan-bulan. Saat tampil, mereka tidak tahu siapa jurinya. Ini membuat mereka merasa hasil mereka tidak dinilai secara objektif,” tambah guru tersebut.

Menanggapi hal ini, seorang oknum guru yang diduga termasuk dalam struktur panitia FLS2N tingkat SMA Merangin mengakui bahwa dirinya diminta untuk mencari juri hingga ke luar daerah. Ia klaim bahwa para juri yang dipilih memiliki kompetensi di bidang masing-masing, namun nama mereka sengaja tidak diumumkan dengan alasan keamanan.
“Peserta dan Guru Pembimbing tidak perlu tahu siapa jurinya. Kalau kalah, ya harus legowo,” ujarnya saat dikonfirmasi. Sayangnya, pernyataan ini justru memperkeruh suasana. Sejumlah guru menilai ucapan tersebut sangat tidak empatik dan melukai semangat para siswa.
Guru-guru pembimbing menyatakan tidak mempermasalahkan jika hasil akhir lomba tidak memihak anak didik mereka. Namun yang mereka soroti adalah sikap tertutup panitia dalam pelaksanaan lomba yang seharusnya bersifat edukatif dan jujur.
Dari hasil penelusuran media ini, pelaksanaan FLS2N SMA Merangin 2025 disebut berada di bawah tanggung jawab Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kabupaten Merangin, Agus Salim. Namun hingga berita ini dipublikasikan, Agus Salim belum memberikan klarifikasi. Pesan dan panggilan dari awak media tidak mendapat respons.
Polemik ini menambah deretan evaluasi pelaksanaan lomba tingkat pelajar di Merangin. Publik pun berharap ke depan, penyelenggaraan FLS2N tidak hanya menjadi ajang formalitas, melainkan juga ajang apresiasi yang jujur, terbuka, dan membangun semangat generasi muda. (*)
Reporter | Redaktur : TopanBohemian
